Search This Blog

Saturday 12 October 2013

Organisasi Kurikulum



BAB I

Proses pendidikan dipengaruhi oleh begitu banyak hal, salah satunya bagaimana pola atau cara penyampaian materi yang disampaikan oleh guru kepada para peserta didiknya. Bagaimana agar proses pendidikan yang menyenangkan (enjoyable), efektif, efisien dan mampu mencapai tujuan secara optimal menjadi persoalan tersendiri yang harus dipecahkan.
Organisasi kurikulum sebagai pola penyampaian materi dalam proses pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan oleh seluruh elemen dalam pendidikan. Dalam macam-macam organisasi kurikulum ini kita akan memperoleh sedikit gambaran bagaimana seharusnya pola kurikulum yang sebaiknya dilaksanakan dalam lembaga pendidikan dengan tetap mempertimbangkan minat, bakat dan kemampuan siswa yang ada. Dengan pemilihan bentuk organisasi yang tepat akan mempermudah proses pembelajaran dan dengan hasil yang optimal sesuai harapan.
Oleh karena itu, penyusun menulis makalah yang berjudul ‘Organisasi Kurikulum’ ini.

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan “Organisasi Kurikulum” dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan organisasi kurikulum?
2.      Apa saja faktor yang mempengaruhi dalam organisasi kurikulum?
3.      Bagaimana bentuk struktur horizontal organisasi kurikulum?
4.      Bagaimana bentuk struktur vertikal organisasi kurikulum?
5.      Bagaimana strategi pelaksanaan kurikulum ?
6.      Bagaimana prosedur pengorganisasian kurikulum ?





Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
a. Tujuan Umum
            Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan organisasi kurikulum  dalam proses belajar dan pembelajaran.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu :
1.         Untuk mengetahui pengertian dari organisasi kurikulum
2.         Untuk mengetahui factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam kurikulum
3.         Untuk mengetahui struktur horizontal organisasi kurikulum.
4.         Untuk mengetahui struktur vertikal organisasi kurikulum
5.         Untuk mengetahui strategi pelaksanaan kurikulum
6.         Untuk mengetahui prosedur pengorganisasian kurikulum
7.         Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengembangan kurikulum yang diberikan oleh Ibu Dr. Hj. Darmiyati, M. Pd.

Adapun metode yang penulis gunakan adalah metode studi kepustakaan, yaitu penulis meminjam buku di perpustakaan dan mencari tambahan materi di internet.













       Organisasi kurikulum yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan disampaikan kepada murid-murid,  merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara menyajikannya kepada murid-murid.
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program pengajaran-pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik (Nurgiantoro, 1988: 111). Selain itu, menurut Nasution (1982:135), organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada murid-murid yang sangat berhubungan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai karena pola-pola yang berbeda akan mengakibatkan isi dan cara penyampaian pelajaran berbeda pula.

Dalam penyusunan organisasi kurikulum ada sejumlah faktor yang harus diperhatikan, yakni:
1.      Ruang lingkup (Scope)
Merupakan keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang harus dipelajari siswa. Ruang lingkup bahan pelajaran sangat tergantung pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
2.      Urutan bahan (Sequence)
Berhubungan dengan urutan penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar.Urutan bahan meliputi dua hal yaitu urutan isi bahan pelajaran dan urutan pengalaman belajar yang memerlukan pengetahuan tentang perkembangan anak dalam menghadapi pelajaran tertentu.
3.      Kontinuitas
Berhubungan dengan kesinambungan bahan pelajaran tiap mata pelajaran, pada tiap jenjang sekolah dan materi pelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif.
4.      Keseimbangan
Adalah faktor yang berhubungan dengan bagaimana semua mata pelajaran itu mendapat perhatian  yang layak dalam komposisi kurikulum yang akan diprogramkan pada siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat ditinjau dari dua segi yakni keseimbangan isi atau apa yang dipelajari, dan keseimbangan cara atau proses belajar.
5.      Integrasi atau keterpaduan
Berhubungan dengan bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang diterima siswa mampu memberi bekal dalam menjawab tantangan hidupnya, setelah siswa menyelesaikan program pendidikan disekolah.

Struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk  penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan pendidikan, isi pelajaran, dan strategi pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan struktur horizontal ini terdapat tiga macam bentuk penyusunan kurikulum, yaitu :
a.    Separated Subject Curriculum (Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran)
     Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan pelajaran disajikan dalam subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah. Sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan cukup bervariasi bergantung pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam praktek penyampaian pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-masing guru atau pendidik yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.
     Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject centered, berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat pada minat dan kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah sangat menekankan pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan kepribadian anak secara keseluruhan.
     Kurikulum ini sejak lama diterapkan pada sekolah-sekolah kita, sampai dengan munculnya kurikulum tahun 1968 dan kurikulum tahun 1975. Kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, dan masing-masing berdiri sendiri.
b.      Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiri dan diberikan dalam waktu tertentu.
c.       Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku lainnya.
d.      Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapai para siswa.
e.             Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan tututan dalam masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang.
f.              Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah sistem penuangan (imposisi) dan menciptakan perbedaan individual di kalangan para siswa
g.            Guru berperan aktif, dengan pelaksaan  sistem guru mata pelajaran dan mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan para siswa.
h.             Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum secara kooperatif .
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain:
a.         Penyajian bahan pelajaran dapat disusun secara logis dan sistematis.
b.         Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana dan tidak terlalu sulit untuk direncanakan, serta mudah dilaksanakan.
c.         Mudah dievaluasi dan dites.
d.        Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
e.         Pendidik atau guru sebagai pelaksana kurikulum dalam mempergunakannya lebih mudah.
f.          Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan.
Di samping adanya keuntungan kurikulum bentuk tersebut, ada juga beberapa kelemahan dari bentuk separated subject curriculum, sebagai berikut:
a)      Bentuk mata pelajaran yang terpisah dengan lainnya tidak relevan dengan kenyataan dan tidak mendidik anak dalam menghadapi stuasi kehidupan mereka.
b)      Tidak memperhatikan masalah sosial kemasyarakatan yang dihadapi peserta didik secara faktual dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini disebabkan hanya berpedoman pada apa yang tertera dalam buku atau teks.
c)      Kurang memperhatikan faktor-faktor kejiwaan peserta didik.
d)     Tujuan kurikulum ini sangat terbatas dan kurang memperhatikan pertumbuhan jasmani, perkembangan emosional dan sosial peserta didik serta hanya memusatkan pada perkembangan intelektual.
e)      Kurikulum semacam ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir, karena mengutamakan penguasaan dan pengetahuan dengan cara hafalan.
f)       Separated curriculum ini cenderung menjadi statis dan tidak bersifat inovatif.

b.      Correlated Curriculum (Kurikulum Gabungan)
Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, Tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut. Hubungan antar mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
·         Pertama, insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung tentang mata pelajaran geografi dan sebagainya.
·         Kedua, menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan yang dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral dan etika dibicarakan dalam mata pelajaran agama.
·         Ketiga, batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran. Penggabungan antara beberapa mata peajaran menjadi satu disebut sebagai broad field. Misalnya mata pelajaran bahasa merupakan peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis, mengarang,menyimak dan pengetahuan bahasa.
Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah sebagai berikut :
a.       Berbagai mata pelajaran di korelasikan satu dengan yang lainnya.
b.      Sudah dimulai dengan adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan permasalaham kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan pengetahuan.
c.       Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemapuan para siswa, meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas.
d.      Metode penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak yang menghadapi kesulitan.
e.       Meski guru masih memegang peran penting, namun aktivitas siswa sudah mulai dikembangkan.
Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan yang dimaksud antara lain:
1.      Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang mana dalam pelajaran disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu
2.      Dapat menambah interes dan minat peserta didik terhadap adanya hubungan antara berbagai mata pelajaran
3.      Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah dalam dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai mata pelajaran
4.      Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional
5.      Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan (knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.
Selain itu, correlated curriculum mempunyai kelemahan, antara lain:
1.      Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan minat peserta didik.
2.      Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada berbagai mata pelajaran.
3.      Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis.
4.      Kebanyakan di antara para pendidik atau guru kurang menguasai antar disiplin ilmu, sehingga mengaburkan pemahaman peserta didik atau siswa.

Untuk mengurangi kelemahan dengan adanya keterpisahan diantara berbagai mata pelajaran tersebut, diusahakanlah agar mata pelajaran tersebut disusun dalam pola korelasi. Ada tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis mata pelajaran :
1.      Korelasi factual
2.      Korelasi deskriptif
3.      Korelasi normative

c.         Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu)
Dalam integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau unit tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat terbentuk kebulatan pribadi peserta didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya.Oleh karena itu, hal-hal yang diajarkan di sekolah harus disesuaikan dengan situasi, masalah dan kebutuhan kehidupan di luar sekolah.
Ciri-ciri umum dari kurikulum terpadu ini adalah sebagai berikut :
a.         Kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran, yang di dalamnya terpadu sejumlah mata pelajaran sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama.
b.         Pelajaran bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan menjadi sejumlah pokok bahasan.
c.         Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan instruktusional yang telah digariskan.
d.        Sistem penyampaian bersifat terpadu.
e.         Guru berperan selaku guru bidang studi.
f.          Minat, masalah, serta kebutuhan siwa dan masyarakat dipertimbangkan sebagai dasar penyusunan kurikulum, walaupun masih dalam batas-batas tertentu.
g.         Dikenalkan berbagai jenis bidang studi.
Adapun kelebihan dari integrated curriculum, yaitu :
a.       Segala hal yang dipelajari dalam unit bertalian erat satu sama lain.
b.      Sangat sesuai dengan perkembangan moderen tentang belajar mengajar yang mendasarkan pada pengalaman, kematangan, dan minat anak.
c.       Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat
d.      Sesuai dengan ide demokrasi, dimana peserta didik dirangsang untuk berpikir sendiri, bekerja sendiri dan memikul tanggung jawab bersama serta bekerja sama dalam kelompok.
Adapun kelemahan dari organisasi kurikulum ini adalah:
a.       Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis.
b.      Pendidik atau guru pada ummumnya kurang dipersiapkan untuk menjalankan kurikulum dalam bentuk ini.
c.       Pelaksanaan kurikulum ini sangat memerlukan waktu dan dukungan peralatan serta sarana dan prasarana yang cukup.
d.      Tidak memiliki standar hasil belajar yang kelas.

Struktur vertical berhubungan dengan masalah sistem pelaksanaan kurikulum sekolah. Hal ini menyangkut :
a.      Pelaksanaan kurikulum dengan / dan tanpa sistem kelas
1.    Sistem kelas
Pada sistem ini, penerepan kurikulum dilaksanakan melalui kelas-kelas (tingkat-tingkat) tertentu. Di SD misalnya, terdapat kelas 1 sampai dengan 6; di SMP/MTs terdapat kelas 1-3 atau kelas 7-9; dan di SMA/MA atau SMK/MAK terdapat kelas 1-3 atau 10-12. Kurikulum setiap jenjang telah mencantumkan bahan apa saja yang harus disampaikan, seberapa luas dan dalam bahan tersebut, serta bagaimana urutan sajiannya pada tiap-tiap kelas. Jadi, bahan atau materi pelajaran yang diperuntukkan pada setiap kelas berbeda-beda. Penentuan cakupan, urutan, alokasi waktu pelajaran, dan kesesuaiannya dengan tingkat kematangan psikologis anak didik pada setiap kelas dilakukan dengan perhitungan dan pertimbangan yang cermat dan tepat. Adanya sistem kelas ini membawa konsekuensi dilaksanakannya sistem kenaikan kelas pada setiap tahun. Penentuan kenaikan kelas terutama didasarkan pada penguasaan bahan / materi pelajaran yang telah ditentukan untuk tiap tingkatan kelas. Siswa naik kelas apabila dianggap telah memiliki tingkat penguasaan tertentu atas bahan/materi pelajaran yang dipelajarinya.
Segi kelogisan, kesistematisan, dan ketepatan dalam penjejangan bahan pelajaran yang harus diajarkan merupakan kelebihan dari system kelas. Selain itu, system ini juga memberikan kemudahan dalam hal penyusunan, pengembangan, penilaian kurikulum yang digunakan : pembagian tugas mengajar guru sesuai dengan kompetensinya masing-masing; penilaian hasil belajar siswa; serta pengaturan administrasi.
Kelemahan sistem kelas diantaranya terletak pada timbulnya efek psikologis (juga orang tua) yang tidak naik kelas. Mereka berpeluang menjadi malu, tertekan, dan bahkan frustasi. System ini pun sering tidak dapat menangkal factor subjektif yang biasa merugikan siswa.
Sistem kelas menuntut penataan materi pembelajaran secara sistematis logis, dan terukur. Hal ini terkait dengan cakupan materi dan ketersediaan waktu pembelajaran untuk setiap tingkat kelas.
2.    Sistem Tanpa Kelas
Pelaksanaan kurikulum dalam system tanpa kelas tidak mengenal adanya tingkat kelas-kelas tertentu. Setiap siswa diberi kebebasan untuk berpindah program setiap waktu tanpa harus menunggu kawan-kawannya.
Keunggulan sistem ini treletak pada kebebasan yang dimiliki siswa. Siswa boleh memilih tingkat-tingkat program sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Jadi, sistem ini sangat memperhatikan individu dan perbedaan antar individu. Oleh karenanya, pelaksanaan system ini sangat menuntut pendampingan siswa secara individual dan kesiapan satuan tingkat-tingkat program.
Kelemahan sistem ini menyangkut substansi isi/materi pelajaran dan sistem pelaksanaan pendidikan secara makro di Indonesia. Dalam hal substansi materi, dengan system ini sulit ditentukan cakupan urutan materi setiap program untuk mencegah keterulangan bahan/materi yang sama. Pada sisi pelaksanaan, guru akan mengalami kesulitan dan kerepotan.
Dengan melihat berbagai kemungkinan yang ditimbulkan oleh sistem tanpa kelas, tampaknya sulit dapat menerapkan system tanpa kelas dalam sistem pendidikan di Indonesia.
3.    Kombinasi antara Sistem Kelas dan Tanpa Kelas
Dengan system kombinasi ini, anak yang memiliki tingkat kepandaian tertentu diberi kesempatan untuk terus maju, tidak harus terus bersama teman-temannya. Namun tidak berarti pula ia meninggalkan kelasnya sama sekali. Sistem pendidikan seperti ini dapat disebut sebagai sistem pengajaran modul. Dalam sistem ini, di samping disediakannya bahan pelajaran yang sama untuk seluruh kelas, juga disediakan kebebasan pada siswa yang mampu mengambil bahan/materi pelajaran berikutnya atau program pengayaan. Dengan system modul, siswa yang memang mampu mempunyai kemungkinan untuk dapat lebih dulu menamatkan sekolah disbanding teman-temannya.


b.      Sistem Unit Waktu
Sistem unit waktu yang dikenal dalam pelaksanaan pendidikan adalah system caturwulan dan sistem semester. Dalam sistem caturwulan, waktu satu tahun dibagi menjadi tiga unit watu masing-masing empat bulan. Dari sini kemudian dengan adanya caturwulan I, II, III. Pembagian unit waktu seperti ini berimplikasi pada penyusunan kurikulum untuk tiap-tiap tingkat. Pada setiap akhir caturwulan, anak akan mendapatkan nilai hasil belajar (rapor).
Sistem unit waktu yang kedua adalah sistem semester. Dalam sistem semester, waktu satu tahun dibagi menjadi dua unit waktu. Masing-masing semester terdiri atas enam bulan, dengan 16 hingga 20 minggu belajar efektif.

PENGALOKASIAN WAKTU
Pengalokasian waktu menyangkut  jatah waktu untuk masing-masing mata pelajaran dan isi program tiap mata pelajaran tersebut pada tingkat sekolah.
1.      Pengalokasian waktu untuk setiap mata pelajaran
Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran, yaitu :
a.         besar kecilnya peranan suatu mata pelajaran untuk mencapai tuuan pendidikan, yang dikaitkan dengan lembaga dan spesialisasinya.
b.         keluasan, kompleksitas, dan taraf kesulitan masing-masing mata pelajaran. Yang memenentukan keluasan dan kedalaman suatu mata pelajaran ialah misi dan spesialisasi lembaga/sekolah itu.
c.         peranan mata pelajaran dalam penyiapan lulusan suatu sekolah sesuai dengan misinya. Berdasarkan misi ini, dikenal ada sekolah yang menyiapkan untuk melanjutkan ke tingkat sekolah di atasnya ; ada pula yang menyiapkan lulusannya langsung terjun ke dunia kerja.
Pemberian jatah waktu tiap mata pelajaran bisa juga didasarkan pada satuan yang ditetapkan. Misalnya pada kurikulum 1984, jatah waktu ditunjukkan dengan satuan kredit semester (sks) atau biasa disebut  “kredit”.


2.      Pengalokasian waktu untuk pokok-pokok bahasan tiap mata pelajaran
Setiap mata pelajaran memiliki sejumlah pokok bahasan yang berbeda-beda. Penentuan jumlah jam/waktu dalam satu semester untuk setiap pokok bahasan juga mengalami masalah yang sama dengan pengalokasian waktu untuk setiap mata pelajaran. Hal ini terjadi karena jam yang dialokasikan untuk setiap mata pelajaran akan terkait dengan ketersedian waktu untuk menyampaikan keseluruhan pokok bahasan yang ada dalam mata pelajaran tersebut.
Jadi,  hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pembagian waktu untuk setiap pokok bahasan dalam suatu mata pelajaran adalah :
a.       Peranan setiap pokok bahasan dalam pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan instruksional maupun kurikuler yang terumuskan dalam bentuk kompetensi dasar. Pokok bahasan yang memiliki peranan lebih besar harus diberi alokasi jam lebih banyak daripada pokok bahasan yang lain.
b.      Keluasan, kompleksitas, dan tingkat kesulitan tiap pokok bahasan. Pokok bahasan yang cukup luas, rumit, dan memiliki tingkat kesulitan tinggi harus deberi jatah jam lebih banyak, karena umumnya memerlukan waktu penyajian yang lebih lama.
c.       Aspek ranah kemampuan yang menjadi penekanan pokok bahasan yang dimaksud. Pokok bahasan itu menekankan kemampuan kognitif atau keterampilan. Ranah keterampilan umumnya memerlukan jam yang lebih banyak, karena untuk sampai pada penguasaan keterampilan perlu melewati aspek pengetahuan terlebih dahulu.

Strategi pelaksanaan kurikulum adalah cara-cara yang harus ditempuh untuk melaksanakan suatu kurikulum sekolah, yang meliputi : pelaksanaan pengajaran pembelajaran, penilaian, bimbingan dan penyuluhan, dan pengaturan kegiatan sekolah secara keselutuhan. Strategi pelaksanaan kurikulum merupakan bagian yang termasuk dalam bidang garap pengembang kurikulum. Dengan strategi pelaksanaan kurikulum ini, maka para pelaksanan (kepala sekolah dan guru) mempunyai pedoman kerja yang pasti, sesuai dengan ketentuan kurikulum yang dijalankan, sehingga kemungkinan pencapaian tujuan pendidikan menjadi semakin besar.
Pelaksanaan Pengajaran
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Dalam interaksi pendidikan, pelaksanaan pengajaran merupakan hal yang sangat penting. Dari pelaksanaan pengajaran inilah hasil suatu proses pembelajaran dinilai berhasil atau tidak. Di antara hal yang termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran adalah pemilihan metode dan alat/media pendidikan yang digunakan. Pemilihan metode erat kaitannya dengan tujuan, bahan/materi, keadaan siswa, dan guru.
Strategi  pelaksanaan pengajaran umumnya dalam bentuk tatap muka dikelas, yang dilakukan guru berdasarkan perencanaan pembelajaran yang disusun sebelumnya. Dalam rencana pembelajaran itu dicantumkan komponen-komponen tujuan/kompetensi, kegiatan pembelajaran, bahan pelajaran, metode/alat/media, dan evaluasinya. Rencana pembelajaran ini disusun untuk kepentingan guru dalam mengajar.
Strategi pelaksanaan pengajaran lainnya adalah system modul. Modul disusun dalam satuan-satuan pelajaran. Modul ini disusun untuk murid. Dengan modul diharapkan murid dapat belajar sendiri berdasarkan petunjuk-petunjuk yang dicantumkan. Karena harus memberikan kemungkinan murid belajar sendiri, maka modul disusun dengan uraian dan jabaran yang lengkap.
Strategi pelaksanaan pengajaran lain adalah paket belajar. Untuk pelajar disiapkan paket-paket pelajaran yang berisi satuan-satuan pelajaran lengkap dengan alat evaluasi dan umpan baliknya. Strategi ini juga memberikan peluang siswa belajar sendiri. Paket belajar juga dikembngkan di perguruan tinggi dalam program belajar jarak jauh.
a.       Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan  keterampilan proses  menekankan terlaksananya komunikasi dua arah dalam proses pembelajaran. Komunikasi dua arah mengindikasikan adanya adanya peran serta aktif pada diri guru dan murid. Dalam proses pembelajaran  murid terlibat secara fisik dan mental. Sehingga, apa yang diperoleh siswa dapat lebih mendalam.
Melalui keterampilan proses, siswa didorong untuk mendapatkan informasi (ilmu), mengelola, mempergunakan, dan mengomunikasikannya. Dalam hal ini, siswa tidak hanya mempelajari isi pelajaran, tetapi juga belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Keterampilan “mendapatkan” pengetahuan itulah yang sangat ditekan-kan pada pendekatan keterampilan proses. Penerapan pendekatan itu diawali dengan kegiatan pemanasan, yakni mengarahkan siswa pada pokok persoalan yang akan dipelajari. Kegiatan dilanjutkan dengan serangkaian  aktivitas mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, menemukan konsep, merencanakan kegiatan lanjutan, melakukan penelitian, dan mengomunikasikan hasil temuan.
b.      Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler
Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah dikenal adanya tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Ketiganya merupakan satu kesatuan utuh yang tak terpisahkan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan pada suatu sekolah. Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan utama persekolahan yang dilakukan dengan menggunakan jatah waktu yang telah ditentukan dalam struktur program. Kegiatan ini dilakukan guru dan siswa dalam jam-jam pelajaran tiap hari. Kegiatan intrakurikuler ini dilakukan untuk mencapai tujuan minimal setiap mata pelajaran, baik yang tergolong program inti ataupun program khusus.
1.    Kegiatan Kokurikuler
Kegiatan kokurikuler merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk lebih memperdalam dan menghayati materi  pelajaran yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler di dalam kelas. Kegiatan ini dapat dilakukan secara individual atau kelompok.
Dari pokok-pokok landasan pelaksanaan kegiatan kokurikuler, hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam merancang  dan melaksanakan kegiatan kokurikuler ialah sebagai berikut:
a.       Kegiatan kokurikuler merupakan kegiatan yang berkaitan langsung dengan kegiatan intrakurikuler. Tujuannya, untuk memberikan kesempatan kepada siswa  mendalami dan menghayati materi pelajaran.
b.      Tidak menimbulkan beban berlebihan bagi siswa.
c.       Tidak menimbulkan tambahan beban biaya yang memberatkan siswa atau orang tua.
d.      Penanganan kegiatan kokurikuler dilakukan dengan sistem administrasi yang teratur, pemantauan, dan penilaian.

2.      Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan sebagai kegiatan yang diarahkan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengembangkan nilai-nilai atau sikap, dan menerapkan secara lebih lanjut pengetahuan yang telah dipelajari siswa dalam mata pelajaran program inti dan pilihan.
Walaupun sama-sama dilaksanakan di luar jam pelajaran di kelas, bila dibandingkan kokurikuler, kegiatan ekstrakurikuler ini lebih menekankan pada kegiatan kelompok. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dengan memperhatikan minat dan bakat siswa, serta kondisi lingkungan dan sosial budaya. Pelaksanaannya ditangani oleh guru atau petugas lain yang ditunjuk.
d.      Bimbingan Karier atau penyuluhan
Bimbingan karier merupakan kegiatan bimbingan untuk membantu para siswa memahami dirinya sendiri, lingkungan, dan masa depannya. Pelaksanaan bimbingan (dan penyuluhan) dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, dengan menekankan pada perkembangan dan kecenderungan individu. Bimbingan dan penyuluhan ini terutama dimaksudkan untuk membantu siswa dalam menetapkan pilihan program (bidang keilmuan) yang terkait dengan masa depannya, seperti dalam pemilihan program (IPA, IPS, atau Bahasa) dan pemilihan jurusan/perguruan tinggi bila siswa akan melanjutkan sekolah.
e.    Penilaian
Berfungsi sebagai control terhadap keberhasilan pembelajaran. Karena dari evaluasi dapat di ketahui tingkatpenguasaan tujuan pelajaran oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang dicapainya.
f.     Administrasi dan Supervisi Pendidikan
Administrasi pendidikan di sekolah berhubungan dengan: pengaturan proses pembelajaran, peralatan pembelajaran, pemanfaatan dan pemeliharaan gedung, perlengkapan, keuangan, dsb. Agar dapat mendukung secara optimal pencapaian tujuan pendidikan, maka semua itu harus dilakukan secara sistematis, terinci, dan terencana. Supervisi pendidikan merupakan bantuan yang diberikan kepada seluruh staf, khususnya guru  untuk mengembangkan proses belejar mengajar yang efektif dan efisien.

Dalam pemilihan dan reorganisasi isi kurikulum diperlukan suatu prosedur atau tata kerja tertentu, yang meliputi :
e.    Prosedur employee.
f.     Prosedur Buku Pelajaran (the textbook procedure).
g.    Prosedur survei pendapat (the survey of oppinions procedure).
h.    Prosedur studi kesalahan (thestudy of errors procedure).
i.      Prosedur mempelajari kurikulum lainnya (the study of other curriculum procedure).
j.      Prosedur analisis kegiatan orang dewasa (the analysis of adult activities procedure).
k.    Prosedur fungsi-fungsi sosial (the social functions procedure).
l.      Prosedur minat dan kebutuhan remaja (the youth interest and needs procedure).




















Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan diajarkan atau disampaikan kepada murid atau merupakan suatu cara menyusun bahan atau pengalaman belajar ingin dicapai dengan tujuan mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dicapai secara efektif.
Faktor-Faktor yang perlu diperhatikan dalam organisasi kurikulum :
1.       Ruang lingkup (Scope)
2.      Urutan bahan (sequence)
3.      Kontinuitas
4.      Keseimbangan
5.      Integrasi atau keterpaduan
       Struktur organisasi kurikulum tterbagi menjadi dua, yaitu :
a.         Struktur horizontal
b.         Struktur vertikal
Strategi pelaksanaan kurikulum meliputi:
a.       pelaksanaan pengajaran pembelajaran
b.      bimbingan karier dan penyuluhan
c.       penilaian
d.      pengaturan kegiatan sekolah secara keseluruhan, meliputi kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler
e.       administrasi dan supervisi pendidikan
Adapun prosedur pengelolaan organisasi kurikulum, yaitu :
a.       Prosedur employee.
b.      Prosedur Buku Pelajaran.
c.       Prosedur survei pendapat.
d.      Prosedur studi kesalahan.
e.       Prosedur mempelajari kurikulum lainnya.
f.       Prosedur analisis kegiatan orang dewasa.
g.      Prosedur fungsi-fungsi social.
h.      Prosedur minat dan kebutuhan remaja.

Adapun saran yang  ingin penyusun sampaikan adalah agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, misalnya dijadikan sebagai literature atau bahan bacaan dan bahan referensi tambahan.

























                 Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Rineka Cipta.
                 Hamalik, Oemar. 2011. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum.  Bandung : Rosada.
                 Nasution. 2006. Asas-asas Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara.
                 Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
                 Suryosubroto, B. Tatalaksana Kurikulum. 2005. Jakarta : Rineka Cipta.
http://deviarmiana-deviraa.blogspot.com/2012/05/organisasi-kurikulum.html diunduh pada tanggal 22/02/2013 pukul 09:10 AM.
                 http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/organisasi-kurikulum.html diunduhpadatanggal 22/02/2013 padapukul 09:13 AM