BAB I
Proses pendidikan dipengaruhi oleh
begitu banyak hal, salah satunya bagaimana pola atau cara penyampaian materi
yang disampaikan oleh guru kepada para peserta didiknya. Bagaimana agar proses
pendidikan yang menyenangkan (enjoyable), efektif, efisien dan mampu mencapai
tujuan secara optimal menjadi persoalan tersendiri yang harus dipecahkan.
Organisasi kurikulum sebagai pola
penyampaian materi dalam proses pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan oleh
seluruh elemen dalam pendidikan. Dalam macam-macam organisasi kurikulum ini
kita akan memperoleh sedikit gambaran bagaimana seharusnya pola kurikulum yang
sebaiknya dilaksanakan dalam lembaga pendidikan dengan tetap mempertimbangkan
minat, bakat dan kemampuan siswa yang ada. Dengan pemilihan bentuk organisasi
yang tepat akan mempermudah proses pembelajaran dan dengan hasil yang optimal
sesuai harapan.
Oleh karena itu, penyusun menulis
makalah yang berjudul ‘Organisasi Kurikulum’ ini.
Berdasarkan latar belakang di atas maka
permasalahan “Organisasi Kurikulum” dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud
dengan organisasi
kurikulum?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi dalam organisasi
kurikulum?
3. Bagaimana bentuk struktur horizontal
organisasi kurikulum?
4. Bagaimana bentuk struktur vertikal
organisasi kurikulum?
5. Bagaimana strategi pelaksanaan
kurikulum ?
6. Bagaimana prosedur pengorganisasian
kurikulum ?
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
a. Tujuan Umum
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan organisasi kurikulum dalam proses belajar dan pembelajaran.
b. Tujuan Khusus
Adapun
tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu :
1.
Untuk mengetahui pengertian dari organisasi kurikulum
2.
Untuk mengetahui factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
kurikulum
3.
Untuk
mengetahui struktur horizontal organisasi kurikulum.
4.
Untuk
mengetahui struktur vertikal organisasi kurikulum
5.
Untuk
mengetahui strategi pelaksanaan kurikulum
6.
Untuk
mengetahui prosedur pengorganisasian kurikulum
7.
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah pengembangan kurikulum yang diberikan oleh Ibu Dr.
Hj. Darmiyati, M. Pd.
Adapun metode yang
penulis gunakan adalah metode studi kepustakaan, yaitu penulis meminjam buku di
perpustakaan dan mencari tambahan materi di internet.
Organisasi
kurikulum yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan disampaikan kepada
murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting
sekali dalam pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang
hendak dicapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran,
urutannya dan cara menyajikannya kepada murid-murid.
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang
berupa kerangka umum program pengajaran-pengajaran yang akan disampaikan kepada
peserta didik (Nurgiantoro, 1988: 111). Selain itu, menurut Nasution
(1982:135), organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk bahan pelajaran yang
disusun dan disampaikan kepada murid-murid yang sangat berhubungan dengan
tujuan pendidikan yang hendak dicapai karena pola-pola yang berbeda akan
mengakibatkan isi dan cara penyampaian pelajaran berbeda pula.
Dalam penyusunan organisasi kurikulum ada sejumlah faktor yang
harus diperhatikan, yakni:
1.
Ruang
lingkup (Scope)
Merupakan keseluruhan materi
pelajaran dan pengalaman yang harus dipelajari siswa. Ruang lingkup bahan
pelajaran sangat tergantung pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
2.
Urutan
bahan (Sequence)
Berhubungan dengan urutan penyusunan
bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa agar proses belajar dapat
berjalan dengan lancar.Urutan bahan meliputi dua hal yaitu urutan isi bahan pelajaran dan
urutan pengalaman belajar yang memerlukan pengetahuan tentang perkembangan anak
dalam menghadapi pelajaran tertentu.
3.
Kontinuitas
Berhubungan dengan kesinambungan
bahan pelajaran tiap mata pelajaran, pada tiap jenjang sekolah dan materi
pelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Kontinuitas ini
dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif.
4.
Keseimbangan
Adalah faktor yang berhubungan dengan
bagaimana semua mata pelajaran itu mendapat perhatian yang layak dalam komposisi kurikulum yang akan
diprogramkan pada siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat ditinjau dari dua
segi yakni keseimbangan isi atau apa yang dipelajari, dan keseimbangan cara
atau proses belajar.
5.
Integrasi
atau keterpaduan
Berhubungan dengan bagaimana
pengetahuan dan pengalaman yang diterima siswa mampu memberi bekal dalam
menjawab tantangan hidupnya, setelah siswa menyelesaikan program pendidikan
disekolah.
Struktur
horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan
disampaikan kepada siswa. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan pendidikan, isi
pelajaran, dan strategi pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan struktur
horizontal ini terdapat tiga macam bentuk penyusunan kurikulum, yaitu :
a. Separated
Subject Curriculum (Kurikulum
Berdasarkan Mata Pelajaran)
Kurikulum ini disebut demikian karena
segala bahan pelajaran disajikan
dalam subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah. Sehingga banyak jenis mata pelajaran
menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan cukup
bervariasi bergantung pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam
praktek penyampaian pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-masing
guru atau pendidik yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.
Kurikulum
yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject centered,
berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat pada minat
dan kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah sangat
menekankan pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan
kepribadian anak secara keseluruhan.
Kurikulum ini
sejak lama diterapkan pada sekolah-sekolah kita, sampai dengan munculnya
kurikulum tahun 1968 dan kurikulum tahun 1975. Kurikulum ini mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Terdiri atas sejumlah mata pelajaran
yang terpisah satu sama lain, dan masing-masing berdiri sendiri.
b.
Tiap mata pelajaran seolah-olah
tersimpan dalam kotak tersendiri dan diberikan dalam waktu tertentu.
c.
Hanya bertujuan pada penguasaan
sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku
lainnya.
d.
Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat,
dan masalah yang dihadapai para siswa.
e.
Bentuk kurikulum yang tidak
mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan tututan dalam masyarakat yang
senantiasa berubah dan berkembang.
f.
Pendekatan metodologi mengajar yang
digunakan adalah sistem penuangan (imposisi) dan menciptakan perbedaan
individual di kalangan para siswa
g.
Guru berperan aktif, dengan pelaksaan sistem guru mata pelajaran dan
mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan para siswa.
h.
Para siswa sama sekali tidak dilibatkan
dalam perencanaan kurikulum secara kooperatif .
Ada
beberapa keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain:
a.
Penyajian
bahan pelajaran dapat disusun secara logis dan sistematis.
b.
Organisasi
kurikulum bentuk ini sangat sederhana dan tidak terlalu sulit untuk
direncanakan, serta mudah dilaksanakan.
c.
Mudah
dievaluasi dan dites.
d.
Dapat
digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
e.
Pendidik
atau guru sebagai pelaksana kurikulum dalam mempergunakannya lebih mudah.
f.
Tidak
sulit untuk diadakan perubahan-perubahan.
Di samping adanya keuntungan
kurikulum bentuk tersebut, ada juga beberapa kelemahan dari bentuk separated subject curriculum, sebagai
berikut:
a)
Bentuk
mata pelajaran yang terpisah dengan lainnya tidak relevan dengan kenyataan dan
tidak mendidik anak dalam menghadapi stuasi kehidupan mereka.
b)
Tidak
memperhatikan masalah sosial kemasyarakatan yang dihadapi peserta didik secara
faktual dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini disebabkan hanya berpedoman
pada apa yang tertera dalam buku atau teks.
c)
Kurang
memperhatikan faktor-faktor kejiwaan peserta didik.
d)
Tujuan
kurikulum ini sangat terbatas dan kurang memperhatikan pertumbuhan jasmani,
perkembangan emosional dan sosial peserta didik serta hanya memusatkan pada
perkembangan intelektual.
e)
Kurikulum
semacam ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir, karena mengutamakan
penguasaan dan pengetahuan dengan cara hafalan.
f)
Separated curriculum ini cenderung menjadi statis dan
tidak bersifat inovatif.
b.
Correlated
Curriculum (Kurikulum
Gabungan)
Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu
hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, Tetapi tetap memperhatikan
karakteristik tiap mata pelajaran tersebut. Hubungan antar mata pelajaran dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
·
Pertama,
insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran yang satu
dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung tentang
mata pelajaran geografi dan sebagainya.
·
Kedua,
menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan yang
dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral dan etika
dibicarakan dalam mata pelajaran agama.
·
Ketiga,
batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan batasan
masing-masing mata pelajaran. Penggabungan antara beberapa mata peajaran
menjadi satu disebut sebagai broad field. Misalnya mata pelajaran bahasa
merupakan peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis,
mengarang,menyimak dan pengetahuan bahasa.
Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah sebagai
berikut :
a. Berbagai mata
pelajaran di korelasikan satu dengan yang lainnya.
b. Sudah dimulai
dengan adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan permasalaham
kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan pengetahuan.
c. Sudah mulai
mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemapuan para siswa, meski
pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas.
d. Metode
penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak yang menghadapi
kesulitan.
e. Meski guru
masih memegang peran penting, namun aktivitas siswa sudah mulai dikembangkan.
Organisasi
kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated
mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan yang dimaksud
antara lain:
1.
Menunjukkan
adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang mana dalam pelajaran
disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu
2.
Dapat
menambah interes dan minat peserta didik terhadap adanya hubungan antara
berbagai mata pelajaran
3.
Pengetahuan
dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah dalam dengan penguraian dan
penjelasan dari berbagai mata pelajaran
4.
Adanya
kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional
5.
Lebih
mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan
(knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.
Selain itu, correlated
curriculum mempunyai kelemahan, antara lain:
1.
Bahan
yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan minat
peserta didik.
2.
Pengetahuan
yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada berbagai mata
pelajaran.
3.
Urutan
penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis.
4.
Kebanyakan
di antara para pendidik atau guru kurang menguasai antar disiplin ilmu,
sehingga mengaburkan pemahaman peserta didik atau siswa.
Untuk mengurangi kelemahan dengan adanya keterpisahan
diantara berbagai mata pelajaran tersebut, diusahakanlah agar mata pelajaran
tersebut disusun dalam pola korelasi. Ada tiga jenis korelasi yang
sifatnya bergantung dari jenis mata pelajaran :
1. Korelasi factual
2. Korelasi
deskriptif
3. Korelasi normative
c.
Integrated
Curriculum (Kurikulum
Terpadu)
Dalam integrated curriculum mata pelajaran
dipusatkan pada suatu masalah atau unit tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan
pelajaran diharapkan dapat terbentuk kebulatan pribadi peserta didik yang
sesuai dengan lingkungan masyarakatnya.Oleh karena itu, hal-hal yang diajarkan
di sekolah harus disesuaikan dengan situasi, masalah dan kebutuhan kehidupan di
luar sekolah.
Ciri-ciri umum dari kurikulum terpadu ini adalah sebagai
berikut :
a.
Kurikulum terdiri atas suatu bidang
pengajaran, yang di dalamnya terpadu sejumlah mata pelajaran sejenis dan
memiliki ciri-ciri yang sama.
b.
Pelajaran bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan
menjadi sejumlah pokok bahasan.
c.
Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan
instruktusional yang telah digariskan.
d.
Sistem penyampaian bersifat terpadu.
e.
Guru berperan selaku guru bidang studi.
f.
Minat, masalah, serta kebutuhan siwa
dan masyarakat dipertimbangkan sebagai dasar penyusunan kurikulum, walaupun masih dalam batas-batas
tertentu.
g.
Dikenalkan berbagai jenis bidang studi.
Adapun kelebihan dari integrated
curriculum, yaitu :
a. Segala hal yang dipelajari dalam
unit bertalian erat satu sama lain.
b. Sangat sesuai dengan perkembangan
moderen tentang belajar mengajar yang mendasarkan pada pengalaman, kematangan,
dan minat anak.
c. Memungkinkan adanya hubungan antara
sekolah dan masyarakat
d. Sesuai dengan ide demokrasi, dimana
peserta didik dirangsang untuk berpikir sendiri, bekerja sendiri dan memikul
tanggung jawab bersama serta bekerja sama dalam kelompok.
Adapun kelemahan dari organisasi
kurikulum ini adalah:
a. Organisasinya tidak logis dan kurang
sistematis.
b. Pendidik atau guru pada ummumnya
kurang dipersiapkan untuk menjalankan kurikulum dalam bentuk ini.
c. Pelaksanaan kurikulum ini sangat
memerlukan waktu dan dukungan peralatan serta sarana dan prasarana yang cukup.
d. Tidak memiliki standar hasil belajar
yang kelas.
Struktur
vertical berhubungan dengan masalah sistem pelaksanaan kurikulum sekolah. Hal
ini menyangkut :
a. Pelaksanaan kurikulum dengan / dan
tanpa sistem kelas
1. Sistem
kelas
Pada
sistem ini, penerepan kurikulum dilaksanakan melalui kelas-kelas
(tingkat-tingkat) tertentu. Di SD misalnya, terdapat kelas 1 sampai dengan 6;
di SMP/MTs terdapat kelas 1-3 atau kelas 7-9; dan di SMA/MA atau SMK/MAK
terdapat kelas 1-3 atau 10-12. Kurikulum setiap jenjang telah mencantumkan
bahan apa saja yang harus disampaikan, seberapa luas dan dalam bahan tersebut,
serta bagaimana urutan sajiannya pada tiap-tiap kelas. Jadi, bahan atau materi
pelajaran yang diperuntukkan pada setiap kelas berbeda-beda. Penentuan cakupan,
urutan, alokasi waktu pelajaran, dan kesesuaiannya dengan tingkat kematangan
psikologis anak didik pada setiap kelas dilakukan dengan perhitungan dan
pertimbangan yang cermat dan tepat. Adanya sistem kelas ini membawa konsekuensi
dilaksanakannya sistem kenaikan kelas pada setiap tahun. Penentuan kenaikan
kelas terutama didasarkan pada penguasaan bahan / materi pelajaran yang telah
ditentukan untuk tiap tingkatan kelas. Siswa naik kelas apabila dianggap telah
memiliki tingkat penguasaan tertentu atas bahan/materi pelajaran yang
dipelajarinya.
Segi
kelogisan, kesistematisan, dan ketepatan dalam penjejangan bahan pelajaran yang
harus diajarkan merupakan kelebihan dari system kelas. Selain itu, system ini
juga memberikan kemudahan dalam hal penyusunan, pengembangan, penilaian
kurikulum yang digunakan : pembagian tugas mengajar guru sesuai dengan kompetensinya
masing-masing; penilaian hasil belajar siswa; serta pengaturan administrasi.
Kelemahan
sistem kelas diantaranya terletak pada timbulnya efek psikologis (juga orang
tua) yang tidak naik kelas. Mereka berpeluang menjadi malu, tertekan, dan
bahkan frustasi. System ini pun sering tidak dapat menangkal factor subjektif
yang biasa merugikan siswa.
Sistem
kelas menuntut penataan materi pembelajaran secara sistematis logis, dan
terukur. Hal ini terkait dengan cakupan materi dan ketersediaan waktu
pembelajaran untuk setiap tingkat kelas.
2. Sistem
Tanpa Kelas
Pelaksanaan kurikulum dalam system tanpa kelas tidak
mengenal adanya tingkat kelas-kelas tertentu. Setiap siswa diberi kebebasan
untuk berpindah program setiap waktu tanpa harus menunggu kawan-kawannya.
Keunggulan sistem ini treletak pada kebebasan yang
dimiliki siswa. Siswa boleh memilih tingkat-tingkat program sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Jadi, sistem ini sangat memperhatikan individu dan
perbedaan antar individu. Oleh karenanya, pelaksanaan system ini sangat
menuntut pendampingan siswa secara individual dan kesiapan satuan tingkat-tingkat
program.
Kelemahan sistem ini menyangkut substansi isi/materi
pelajaran dan sistem pelaksanaan pendidikan secara makro di Indonesia. Dalam
hal substansi materi, dengan system ini sulit ditentukan cakupan urutan materi
setiap program untuk mencegah keterulangan bahan/materi yang sama. Pada sisi
pelaksanaan, guru akan mengalami kesulitan dan kerepotan.
Dengan melihat berbagai kemungkinan yang ditimbulkan
oleh sistem tanpa kelas, tampaknya sulit dapat menerapkan system tanpa kelas
dalam sistem pendidikan di Indonesia.
3. Kombinasi
antara Sistem Kelas dan Tanpa Kelas
Dengan system kombinasi ini, anak yang memiliki
tingkat kepandaian tertentu diberi kesempatan untuk terus maju, tidak harus
terus bersama teman-temannya. Namun tidak berarti pula ia meninggalkan kelasnya
sama sekali. Sistem pendidikan seperti ini dapat disebut sebagai sistem
pengajaran modul. Dalam sistem ini, di samping disediakannya bahan pelajaran
yang sama untuk seluruh kelas, juga disediakan kebebasan pada siswa yang mampu
mengambil bahan/materi pelajaran berikutnya atau program pengayaan. Dengan
system modul, siswa yang memang mampu mempunyai kemungkinan untuk dapat lebih
dulu menamatkan sekolah disbanding teman-temannya.
b. Sistem Unit Waktu
Sistem
unit waktu yang dikenal dalam pelaksanaan pendidikan adalah system caturwulan
dan sistem semester. Dalam sistem caturwulan, waktu satu tahun dibagi menjadi
tiga unit watu masing-masing empat bulan. Dari sini kemudian dengan adanya
caturwulan I, II, III. Pembagian unit waktu seperti ini berimplikasi pada
penyusunan kurikulum untuk tiap-tiap tingkat. Pada setiap akhir caturwulan,
anak akan mendapatkan nilai hasil belajar (rapor).
Sistem
unit waktu yang kedua adalah sistem semester. Dalam sistem semester, waktu satu
tahun dibagi menjadi dua unit waktu. Masing-masing semester terdiri atas enam
bulan, dengan 16 hingga 20 minggu belajar efektif.
PENGALOKASIAN WAKTU
Pengalokasian waktu menyangkut jatah waktu untuk masing-masing mata pelajaran
dan isi program tiap mata pelajaran tersebut pada tingkat sekolah.
1. Pengalokasian
waktu untuk setiap mata pelajaran
Ada
beberapa pertimbangan dalam menentukan alokasi waktu untuk setiap mata
pelajaran, yaitu :
a.
besar kecilnya peranan suatu mata
pelajaran untuk mencapai tuuan pendidikan, yang dikaitkan dengan lembaga dan
spesialisasinya.
b.
keluasan, kompleksitas, dan taraf
kesulitan masing-masing mata pelajaran. Yang memenentukan keluasan dan
kedalaman suatu mata pelajaran ialah misi dan spesialisasi lembaga/sekolah itu.
c.
peranan mata pelajaran dalam penyiapan
lulusan suatu sekolah sesuai dengan misinya. Berdasarkan misi ini, dikenal ada
sekolah yang menyiapkan untuk melanjutkan ke tingkat sekolah di atasnya ; ada
pula yang menyiapkan lulusannya langsung terjun ke dunia kerja.
Pemberian jatah waktu tiap mata pelajaran bisa juga
didasarkan pada satuan yang ditetapkan. Misalnya pada kurikulum 1984, jatah
waktu ditunjukkan dengan satuan kredit semester (sks) atau biasa disebut “kredit”.
2. Pengalokasian
waktu untuk pokok-pokok bahasan tiap mata pelajaran
Setiap mata
pelajaran memiliki sejumlah pokok bahasan yang berbeda-beda. Penentuan jumlah
jam/waktu dalam satu semester untuk setiap pokok bahasan juga mengalami masalah
yang sama dengan pengalokasian waktu untuk setiap mata pelajaran. Hal ini
terjadi karena jam yang dialokasikan untuk setiap mata pelajaran akan terkait
dengan ketersedian waktu untuk menyampaikan keseluruhan pokok bahasan yang ada
dalam mata pelajaran tersebut.
Jadi, hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
pembagian waktu untuk setiap pokok bahasan dalam suatu mata pelajaran adalah :
a.
Peranan setiap pokok bahasan dalam
pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan instruksional maupun kurikuler yang
terumuskan dalam bentuk kompetensi dasar. Pokok bahasan yang memiliki peranan
lebih besar harus diberi alokasi jam lebih banyak daripada pokok bahasan yang
lain.
b.
Keluasan, kompleksitas, dan tingkat
kesulitan tiap pokok bahasan. Pokok bahasan yang cukup luas, rumit, dan
memiliki tingkat kesulitan tinggi harus deberi jatah jam lebih banyak, karena
umumnya memerlukan waktu penyajian yang lebih lama.
c.
Aspek ranah kemampuan yang menjadi
penekanan pokok bahasan yang dimaksud. Pokok bahasan itu menekankan kemampuan
kognitif atau keterampilan. Ranah keterampilan umumnya memerlukan jam yang
lebih banyak, karena untuk sampai pada penguasaan keterampilan perlu melewati
aspek pengetahuan terlebih dahulu.
Strategi pelaksanaan
kurikulum adalah cara-cara yang harus ditempuh untuk melaksanakan suatu
kurikulum sekolah, yang meliputi : pelaksanaan pengajaran pembelajaran,
penilaian, bimbingan dan penyuluhan, dan pengaturan kegiatan sekolah secara
keselutuhan. Strategi pelaksanaan kurikulum merupakan bagian yang termasuk dalam
bidang garap pengembang kurikulum. Dengan strategi pelaksanaan kurikulum ini,
maka para pelaksanan (kepala sekolah dan guru) mempunyai pedoman kerja yang
pasti, sesuai dengan ketentuan kurikulum yang dijalankan, sehingga kemungkinan
pencapaian tujuan pendidikan menjadi semakin besar.
Pelaksanaan Pengajaran
Kurikulum
adalah suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Dalam interaksi pendidikan, pelaksanaan
pengajaran merupakan hal yang sangat penting. Dari pelaksanaan pengajaran
inilah hasil suatu proses pembelajaran dinilai berhasil atau tidak. Di antara
hal yang termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran adalah pemilihan metode dan
alat/media pendidikan yang digunakan. Pemilihan metode erat kaitannya dengan
tujuan, bahan/materi, keadaan siswa, dan guru.
Strategi pelaksanaan pengajaran umumnya dalam bentuk
tatap muka dikelas, yang dilakukan guru berdasarkan perencanaan pembelajaran
yang disusun sebelumnya. Dalam rencana pembelajaran itu dicantumkan komponen-komponen
tujuan/kompetensi, kegiatan pembelajaran, bahan pelajaran, metode/alat/media,
dan evaluasinya. Rencana pembelajaran ini disusun untuk kepentingan guru dalam
mengajar.
Strategi
pelaksanaan pengajaran lainnya adalah system modul. Modul disusun dalam
satuan-satuan pelajaran. Modul ini disusun untuk murid. Dengan modul diharapkan
murid dapat belajar sendiri berdasarkan petunjuk-petunjuk yang dicantumkan.
Karena harus memberikan kemungkinan murid belajar sendiri, maka modul disusun
dengan uraian dan jabaran yang lengkap.
Strategi
pelaksanaan pengajaran lain adalah paket belajar. Untuk pelajar disiapkan
paket-paket pelajaran yang berisi satuan-satuan pelajaran lengkap dengan alat
evaluasi dan umpan baliknya. Strategi ini juga memberikan peluang siswa belajar
sendiri. Paket belajar juga dikembngkan di perguruan tinggi dalam program
belajar jarak jauh.
a. Pendekatan
Keterampilan Proses
Pendekatan
keterampilan proses menekankan
terlaksananya komunikasi dua arah dalam proses pembelajaran. Komunikasi dua arah
mengindikasikan adanya adanya peran serta aktif pada diri guru dan murid. Dalam
proses pembelajaran murid terlibat
secara fisik dan mental. Sehingga, apa yang diperoleh siswa dapat lebih
mendalam.
Melalui
keterampilan proses, siswa didorong untuk mendapatkan informasi (ilmu),
mengelola, mempergunakan, dan mengomunikasikannya. Dalam hal ini, siswa tidak
hanya mempelajari isi pelajaran, tetapi juga belajar bagaimana belajar
(learning how to learn). Keterampilan “mendapatkan” pengetahuan itulah yang sangat
ditekan-kan pada pendekatan keterampilan proses. Penerapan pendekatan itu
diawali dengan kegiatan pemanasan, yakni mengarahkan siswa pada pokok persoalan
yang akan dipelajari. Kegiatan dilanjutkan dengan serangkaian aktivitas
mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, menemukan konsep, merencanakan
kegiatan lanjutan, melakukan penelitian, dan mengomunikasikan hasil temuan.
b. Kegiatan Kokurikuler dan
Ekstrakurikuler
Dalam
pelaksanaan pendidikan di sekolah dikenal adanya tiga kegiatan pokok, yaitu
kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Ketiganya merupakan
satu kesatuan utuh yang tak terpisahkan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan
secara keseluruhan pada suatu sekolah. Kegiatan intrakurikuler merupakan
kegiatan utama persekolahan yang dilakukan dengan menggunakan jatah waktu yang
telah ditentukan dalam struktur program. Kegiatan ini dilakukan guru dan siswa
dalam jam-jam pelajaran tiap hari. Kegiatan intrakurikuler ini dilakukan untuk
mencapai tujuan minimal setiap mata pelajaran, baik yang tergolong program inti
ataupun program khusus.
1. Kegiatan Kokurikuler
Kegiatan kokurikuler merupakan
kegiatan yang dimaksudkan untuk lebih memperdalam dan menghayati materi
pelajaran yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler di dalam kelas. Kegiatan
ini dapat dilakukan secara individual atau kelompok.
Dari pokok-pokok landasan
pelaksanaan kegiatan kokurikuler, hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam
merancang dan melaksanakan kegiatan kokurikuler ialah sebagai berikut:
a. Kegiatan kokurikuler merupakan
kegiatan yang berkaitan langsung dengan kegiatan intrakurikuler. Tujuannya,
untuk memberikan kesempatan kepada siswa mendalami dan menghayati materi
pelajaran.
b. Tidak menimbulkan beban berlebihan
bagi siswa.
c. Tidak menimbulkan tambahan beban biaya
yang memberatkan siswa atau orang tua.
d. Penanganan kegiatan kokurikuler
dilakukan dengan sistem administrasi yang teratur, pemantauan, dan penilaian.
2. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan sebagai kegiatan yang
diarahkan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengembangkan nilai-nilai atau
sikap, dan menerapkan secara lebih lanjut pengetahuan yang telah dipelajari
siswa dalam mata pelajaran program inti dan pilihan.
Walaupun sama-sama dilaksanakan di luar jam pelajaran di
kelas, bila dibandingkan kokurikuler, kegiatan ekstrakurikuler ini lebih
menekankan pada kegiatan kelompok. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dengan
memperhatikan minat dan bakat siswa, serta kondisi lingkungan dan sosial
budaya. Pelaksanaannya ditangani oleh guru atau petugas lain yang ditunjuk.
d. Bimbingan Karier atau penyuluhan
Bimbingan karier merupakan kegiatan bimbingan untuk membantu
para siswa memahami dirinya sendiri, lingkungan, dan masa depannya. Pelaksanaan
bimbingan (dan penyuluhan) dapat dilakukan secara individual maupun kelompok,
dengan menekankan pada perkembangan dan kecenderungan individu. Bimbingan dan
penyuluhan ini terutama dimaksudkan untuk membantu siswa dalam menetapkan
pilihan program (bidang keilmuan) yang terkait dengan masa depannya, seperti
dalam pemilihan program (IPA, IPS, atau Bahasa) dan pemilihan jurusan/perguruan
tinggi bila siswa akan melanjutkan sekolah.
e. Penilaian
Berfungsi sebagai control terhadap
keberhasilan pembelajaran. Karena dari evaluasi dapat di ketahui tingkatpenguasaan
tujuan pelajaran oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang dicapainya.
f. Administrasi dan Supervisi
Pendidikan
Administrasi pendidikan di sekolah
berhubungan dengan: pengaturan proses pembelajaran, peralatan pembelajaran,
pemanfaatan dan pemeliharaan gedung, perlengkapan, keuangan, dsb. Agar dapat
mendukung secara optimal pencapaian tujuan pendidikan, maka semua itu harus
dilakukan secara sistematis, terinci, dan terencana. Supervisi pendidikan
merupakan bantuan yang diberikan kepada seluruh staf, khususnya guru
untuk mengembangkan proses belejar mengajar yang efektif dan efisien.
Dalam pemilihan dan reorganisasi isi kurikulum diperlukan
suatu prosedur atau tata kerja tertentu, yang meliputi :
e. Prosedur employee.
f. Prosedur Buku Pelajaran (the
textbook procedure).
g. Prosedur survei pendapat (the survey
of oppinions procedure).
h. Prosedur studi kesalahan (thestudy
of errors procedure).
i. Prosedur mempelajari kurikulum
lainnya (the study of other curriculum procedure).
j. Prosedur analisis kegiatan orang
dewasa (the analysis of adult activities procedure).
k. Prosedur fungsi-fungsi sosial (the
social functions procedure).
l. Prosedur minat dan kebutuhan remaja
(the youth interest and needs procedure).
Organisasi kurikulum adalah pola
atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan diajarkan atau disampaikan
kepada murid atau merupakan suatu cara menyusun bahan atau pengalaman belajar
ingin dicapai dengan tujuan mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran
serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan
pembelajaran dicapai secara efektif.
Faktor-Faktor yang perlu
diperhatikan dalam organisasi
kurikulum :
1.
Ruang
lingkup (Scope)
2.
Urutan bahan (sequence)
3.
Kontinuitas
4.
Keseimbangan
5.
Integrasi
atau keterpaduan
Struktur
organisasi kurikulum tterbagi menjadi dua, yaitu :
a.
Struktur
horizontal
b.
Struktur
vertikal
Strategi pelaksanaan kurikulum meliputi:
a. pelaksanaan pengajaran pembelajaran
b. bimbingan karier dan penyuluhan
c. penilaian
d. pengaturan kegiatan sekolah secara
keseluruhan, meliputi kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler
e. administrasi dan supervisi
pendidikan
Adapun prosedur pengelolaan organisasi kurikulum, yaitu :
a. Prosedur employee.
b. Prosedur Buku Pelajaran.
c. Prosedur survei pendapat.
d. Prosedur studi kesalahan.
e. Prosedur mempelajari kurikulum
lainnya.
f. Prosedur analisis kegiatan orang
dewasa.
g. Prosedur fungsi-fungsi social.
h. Prosedur minat dan kebutuhan remaja.
Adapun saran yang ingin
penyusun sampaikan adalah agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua,
misalnya dijadikan sebagai literature atau bahan bacaan dan bahan referensi
tambahan.
Dakir.
2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2011. Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum. Bandung : Rosada.
Nasution. 2006.
Asas-asas
Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara.
Rusman.
2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Suryosubroto,
B. Tatalaksana
Kurikulum. 2005. Jakarta : Rineka Cipta.
http://deviarmiana-deviraa.blogspot.com/2012/05/organisasi-kurikulum.html
diunduh pada tanggal 22/02/2013 pukul 09:10 AM.
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/organisasi-kurikulum.html diunduhpadatanggal 22/02/2013
padapukul 09:13 AM